Gapoktanhut Rimba Jaya Gelar Musyawarah Bahas Pengembangan Kawasan Hutan dan Pertanian

banner 728x250

Cimanggu, Berantastipikor.co.idGapoktanhut Rimba Jaya, yang terdiri dari dua kelompok tani hutan, yaitu Rimba Jaya 1 dan Rimba Jaya 2, mengadakan musyawarah penting di MI Cimanggu pada hari Jumat (8/6/24).

Pertemuan ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Camat Lengkong, Kepala Desa Cilangkap, pendamping dari GEMA PS, dan perwakilan dari Cabang Dinas Kehutanan Wilayah Sukabumi.

Dalam sambutannya, Saepul Usman, perwakilan pendamping dari GEMA PS, menekankan pentingnya musyawarah ini. “Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari Surat Keputusan Menteri KLHK Nomor 1188 tentang andil garapan,” ujarnya kepada media.

Pada pertemuan tersebut, GAPOKTANHUT bersama anggota sepakat untuk mengalirkan air ke lokasi calon embung dari sumber air yang tersedia. Selain itu, mereka juga menyetujui penanaman pohon-pohon kayu seperti Sengon dan Albasia, serta berbagai tanaman buah-buahan seperti Durian, Alpukat, Cengkeh, dan Pala. Di sektor tanaman pangan, disepakati untuk menanam Padi Gogo, Singkong, Jali-jali, dan Pisang.

Musyawarah ini berlangsung dalam dua sesi. Sesi pertama diisi dengan sambutan dan pendampingan dari MUSPIKA, CDK, dan pendamping GEMA PS. Sesi kedua dilanjutkan dengan diskusi dan musyawarah anggota kelompok yang menghasilkan kesepakatan dalam berita acara. Kegiatan ini berlangsung dari pukul 14.00 hingga 16.30 WIB dengan tertib dan demokratis.

Selain itu, GAPOKTANHUT bersama anggota juga sepakat untuk mengembangkan Kawasan Percontohan Demplot yang akan dikelola oleh kelompok dan pendamping. Rencana pembangunan meliputi Balai Pertemuan Kelompok, gudang pupuk, tempat penampungan hasil panen, dan lantai jemur. Mengingat keindahan alam di lokasi tersebut, juga direncanakan pembangunan embung dan kawasan pariwisata.

Di akhir acara, Abah Tedi, pembina GEMA PS wilayah Kecamatan Lengkong, menyampaikan harapannya. “Jika para Kelompok Tani Hutan kompak dalam memelihara kawasan hutan, insya Allah hutan akan subur dan rakyat makmur. Leuweung hejo, rakyat ngejo. Sebaliknya, jika hutan terlantar, rakyat akan mengalami kesulitan,” katanya dengan penuh semangat.

Musyawarah ini mencerminkan komitmen kuat masyarakat lokal dalam menjaga dan mengelola sumber daya hutan dan pertanian secara berkelanjutan demi kesejahteraan bersama.

( Tim/Red )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *